Showing posts with label Materi Magister. Show all posts


MAKALAH ANALISIS PUISI “AKU INGIN”  KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagain Tugas Mata Kuliah Pengkajian Sastra

BAB I    PENDAHLUAN
A.    Latar Belakang
Karya sastra merupakan seni dalam kehidupan, banyak orang yang mengekspersikan dirinya melalui karya sastra. Jenis-jenis karya sastra banyak sekali diantaranya adalah puisi. Karya sastra khususnya puisi adalah kenyataan diatas khayalan. Puisi merupakan karya sastra berupa tulisan yang dibuat oleh seorang penyair melalui kata-kata yang indah. Puisi populer di dunia pendidikan Indonesia yang masuk dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. 

Puisi adalah suatu karangan imaginatif oleh seorang penyair, dan puisi terbentuk dari dua struktur yang saling mendukung.Waluyo (1987:25) mengatakan ada dua struktur yang membentuk yaitu struktur batin puisi dan struktur fisik puisi kedua struktur ini telah lama dikenal dalam pembelajaran puisi di indonesia. Di dalam kedua struktur tersebut  masih banyak lagi unsur-unsur yang membentuk. 

Struktur fisik puisi merupakan struktur yang terlihat dari puisi tersebut secara kasat mata. Struktur fisik puisi terbentuk dari diksi, pengimajian, kata konkret, majas versifikasi dan tipografi. Sedangkan struktur batin adalah struktur yang berada dalam puisi tetapi secara tersirat, struktur batin puisi terbentuk dari tema, nada, perasaan dan amanat. Mengenai struktur fisik dan strukur batin puisi akan coba dibahas lebih mendalam dalam makalah ini melalui puisi dari Aku Ingin.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini adalah.
1.    Bagaimanakah struktur fisik dari puisi aku ingin karya Sapardi Djoko Damono?
2.    Bagaimanakah struktur batin dari puisi aku ingin karya Sapardi Djoko Damono?

C.    TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari makalah ini ada dua aspek.
1.    Mendeskripsikan struktur fisik dari puisi aku ingin karya Sapardi Djoko Damono?
2.    Mendeskripsikan struktur batin dari puisi aku ingin karya Sapardi Djoko Damono?

BAB II   KAJIAN TEORI
A.    Struktur Puisi
Pradopo (1987:7) mengatakan bahwa puisi itu adalah karya sastra yang mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan,yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.

 Waluyo (1987:25) mengatakan Jika dipaksa untuk memberikan definisi puisi yang sangat sukar dirumuskan, kira-kira seperti berikut. Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan    perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa melalui pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
 
Struktur adalah sesuatu yang disusun dengan cara atau pola tertentu untuk menjadikan suatu bentuk. Struktur puisi adalah sesuatu unsur yang disusun  dengan cara tertentu sehingga menjadi sebuah puisi. Struktur fisik puisi adalah unsur-unsur yang disusun dengan sehingga membentuk puisi secara fisik atau yang dapat dilihat oleh mata.

Sedangkan struktur batin puisi adalah unsur-unsur yang disusun sehingga membentuk puisi dari dalam puisi. Puisi terdiri dari dua struktur fisik dan struktur batin, dibawah ini ada beberapa  unsur yang membentuk struktur batin dan struktur fisik menurut para ahli.
1.    Waluyo (1987) mengatakan bahwa unsur puisi terdiri dari hakikat puisi yang meliputi tema , rasa, amanat, nada , serta metode puisi yang meliputi diksi, imajeri, kata nyata, majas, ritme, dan rima.

2.    Waluyo (1987) yang mengatakan bahwa dalam puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang berupa ungkapan batin pengarang. Strukur fisik atau kebahasaan terdiri dari diksi, pengimajian, kata konkret, majas versifikasi dan tipografi. Sedangkan struktur batin.

3.    Waluyo (1987) menyebut adanya unsur penting dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi. unsur puisi meliputi , diksi, imajeri,  bahasa kiasan, simbol, bunyi, ritme, bentuk 

Dari definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, tapi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin  dan mengekspresikan pemikiran seorang penyair secara imaginatif dengan memadatkan kata dan makna yang digubah dalam wujud bentuk yang paling berkesan.

Dari beberapa pendapat di atas juga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur puisi meliputi  tema, nada,  rasa, amanat,  diksi, imaji, bahasa figuratif,  kata konkret,  ritme dan rima. Unsur-unsur puisi ini, menurut pendapat Dick Hartoko dan Waluyo dapat dipilah menjadi dua struktur, yaitu struktur batin puisi (tema, nada, rasa, dan amanat) dan struktur fisik puisi (diksi, imajinasi, bahasa figuratif, kata konkret, ritme, dan rima.


BAB III   PEMBAHASAN

AKU INGIN
Karya : Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat
Diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu..
Aku ingin mencintaimu
Dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat
Disampaikan awan kepada hujan
Yang menjadikannya tiada..


A.    Stuktur Puisi
1.    Struktur Fisik

a.    Diksi (pilihan kata)
Pilihan kata banyak mengunakan kata-kata yang bernada serius, dipantulkan oleh kata-kata: Mencintaimu, sederhana, kayu, api, abu, isyarat, awan, hujan, tiada

b.    Majas (bahasa kiasan)
Gaya bahasa yang terdapat dalam puisi diatas adalah majas personifikasi yang ditemukan pada kalimat:
“Dengan kata yang tak sempat, diucapkan kayu kepada api”
“Dengan isyarat yang tak sempat, disampaikan awan kepada hujan”

c.    Pengimajinasian (pencitraan)
Penggunaan kata-kata yang digambarkan atas bayangan konkret apa yang kita hayati secara langsung melalui pengindraan manusia.
Imaji Pendengaran : Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
Imaji visual Penglihatan : Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan

d.    rima
Masih mengikuti pola lama. Rima akhir setiap bait( / Mu-na-at-pi-bu (abab) dan (/Mu-na-at-an-da(aabb), dan pada bait ketiga rima akhir berubah menjadi (abab).

2.    Struktur Batin Puisi
Struktur fisik puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan penyair dan stuktur batin puisi mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya ( Herman J.Waluyo, 1987:102 ). I.A.Richards dalam J.Waluyo (1987:106) menyebutkan makna atau stuktur batin itu dengan istilah hakekat puisi. Ada empat unsur hakekat puisi yakni.

a.    Tema
Puisi diatas dapat dianalisis bahwa temanya adalah cinta. Dimana penyair  menyampaikan bagaimana keinginanya untuk mencintai dengan sederhana. 

b.    Perasaan
Perasaan penyair pada waktu menciptakan puisi ini dapat kita rasakan juga sewaktu kita menelaah dari bait kebait. Perasaan yang serius dan menginginkan tentang tindakan yang tidak terlalu menggebu- gebu.

c.    Nada
Nada puisi tersebut adalah Penyair menyceritakan perasaanya dengan nada memberi  tahu dengan lembut dan penuh dengan penghayatan .

d.    Amanat
Amanat puisi itu menyatakan bahwa penyair ingin mengungkapkan  tentang apa yang dirasakanya dengan tenang dan sederhana tanpa dengan perbuatan yang mengada – ada.


DAFTAR PUSTAKA
Waluyo, Herman J.2005.Apresiasi Puisi.Panduan untuk Pelajar dan Mahasiswa.Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Pradopo, Joko.1987.Pengkajian Puisi Analisis Strata Norma dan Analisis Struktur dan semiotik. Yogyakarta:Gajah Mada Universitas Press



MAKALAH KONSEP DASAR DAN DESAIN EVALUASI  PEMBELAJARAN MENULIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagain Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa

A.    Pendahuluan
Sudah menjadi ketentuan bahwa manusia ditakdirkan untuk berkomunikasi dengan manusia lain semenjak dilahirkan. Dalam teori perolehan bahasa dikenal konsep tentang bahasa kanak-kanak, bahasa remaja, dan bahasa orang dewasa. Konsep tersebut bermuatan informasi mengenai penguasaan dan volume kosakata, kaidah bahasa, dan pelbagai ragam situasi pemakaian bahasa.

Dewasa ini sudah terdapat buku pelajaran bahasa yang menyajikan penugasan menulis dengan perintah "Kembangkanlah empat kalimat di bawah ini masing-masing sebagai kalimat utama dalam suatu paragraf sehingga menjadi sebuah karangan dalam empat paragraf!". Yang lebih sulit lagi ialah bagaimanakah mengevaluasi hasil karya siswa yang berupa karangan. Acuan apakah yang dapat dijadikan tolok ukur untuk karangan siswa sebagai karangan yang amat baik, baik, sedang, dan kurang. Oleh sebab itu, perlu kiranya diupayakan jalan keluar.

B.    Kajian Teori
1.    Evaluasi
Suharsimi Arikunto (2004) Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.

Sedangkan Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai setiap uasaha atau proses dalam menentukan nilai. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga di artikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.

Jadi evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa jadi netral, positif dan negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu di evaluasi biasanya orang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai dan manfaatnya.

2.    Menulis
Menulis adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat di pahami pembaca (tarigan,1986:21).
Menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan megkomunikasikan makna dalam tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvesional yang dapat dilihat/dibaca (Tatkala,1982)

C.    Pembahasan
Sajian pokok yang dipaparkan dalam tulisan tulisan ini adalah susunan pengembangan teknik evaluasi menulis yang dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.
a.    Respon terhadap hasil siswa
Evaluasi lebih tepat dikatakan sebagai respon terhadap hasil tulisan siswa merupakan kegiatan cukup banyak dalam proses pembelajaran keterampilan menulis. Respon atau evaluasi bukanlah kegiatan di akhir pembelajaran. Namun sayangnya, guru lebih banyak terfokus pada hasil akhir karangan dari pada proses. Pembelajaran menulis sebaiknya menjadi kegiatan interaksi antara penulis dan pembaca, suatu kegiatan proses penemuan (discovery) bagi siswa. 

Guru menulis akan mengamati perkembangan proses pembelajaran menulis setiap siswanya. Dapat dipastikan bahwa jika prosesnya benar dan baik maka hasilnya pun akan benar dan baik. Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa evaluasi proses bertujuan untuk memberi masukan kepada siswa dan guru tentang kualitas proses yang dilakukan untuk mencapai hasil yang berkualitas.

b.    Aspek yang Dinilai
Evaluasi keterampilan menulis merupakan suatu evaluasi yang mengukur keterampilan siswa dalam mengungkapkan gagasan, menentukan teknik penyajiannya, dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di dalam bahasa tulisan. Penekanan evaluasi menulis adalah kepekaan siswa terhadap penggunaan pola-pola kata yang tepat di dalam bahasa resmi tulisan. Kepekaan siswa terhadap penggunaan pola-pola tersebut meliputi (Safari 1997:109):
1)    kesesuaian antara subjek dengan bentuk kata kerja dalam kalimat,
2)    pemakaian kata ganti,
3)    penggunaan kata sifat, dan
4)    penggunaan kata tambahan 

Keterampilan menulis siswa dapat diukur melalui berbagai kegiatan, misalnya kegiatan:
  1)    menyalin,
  2)    menyadur,
  3)    membuat: ikhtisar, catatan, formulir, bagan, denah, tabel;
  4)    menulis: laporan, notulen, puisi, hasil diskusi, surat, pidato, poster. Iklan, kuitansi, riwayat hidup, dan proposal/usulan/kegiatan.

Secara khusus aspek yang dinilai dalam evaluasi menulis adalah didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum. Secara umum aspek yang dapat dinilai dalam evaluasi menulis di antaranya:
1)    aspek kebahasaan: isi; penalaran; ketepatan dan kesesuaian; teknik penyajian; gaya penyajian dan bahasa; keterbacaan/kejelasan; ejaan, tanda baca; pilihan kata, dan
2)    aspek penampilan dan sikap: kesungguhan, memikat pembaca, hati-hati, teliti, bijaksana, dan berani dan percaya diri.
 
Untuk mampu mengukur keterampilan menulis siswa, dalam evaluasi menulis dapat ditanyakan hal-hal seperti berikut ini.
1)    Menguji kesesuaian antara subjek dan bentuk kata kerja dalam kalimat.
2)    Menguji kesejajaran bentuk kata dalam kalimat.
3)    Menguji pemakaian/penggunaan kata ganti, kata sifat, kata tambahan, gaya bahasa, ejaan dan tanda baca.
4)   Menguji kemampuan menyusun isi karangan atau menyusun ulang kalimat/paragraf yang diacak tempatnya.
 
5)    Menuliskan:
  a)    nama diri berdasarkan hasil penyusunan nama diri dengan menggunakan kartu huruf yang telah dilakukan, 
  b)    kata, kalimat, paragraf atau wacana yang didektekan,
  c)    pesan, perasaan, atau keinginan,
  d)    cerita berdasarkan gambar berseri,
  e)    daftar kegiatan sehari-hari dengan menggunakan tebel sederhana,
  f)    kata-kata berdasarkan urutan alfabet untuk membuat kamus,
  g)    cerita atau dongeng,
  h)    pengalaman dalam bahasa puisi,
  i)    poster yang berisikan imbauan untuk menjaga kelestarian lingkungan, iklan, pengumuman, slogan, atau imbauan,
   j)    ucapan selamat, 

6)    Melengkapi cerita pada bagian awal, tengah, atau akhir yang dihilangkan.
7)    Membuat/menyusun:
  a)    laporan: pengamatan, hasil kunjungan, wawancara
  b)    paragraf yang diacak/kalimat-kalimat yang diacak menjadi paragraf,
  c)    kerangka karangan,
  d)    buku harian, jadwal pelaksanaan kegiatan,
  e)    naskah pidato, sambutan tertulis,
  f)    menulis surat; surat dinas, surat pribadi, surat permohonan izin,
  g)    karya tulis.

D.    Evaluasi pada pembelajaran menulis surat dinas
1.    Jenis evaluasi    : tes
2.    Bentuk        : uraian

Kerjakan soal berikut dengan baik!
Buatlah sebuah  surat dinas yang berkaitan dengan kegiatan Pentas Seni OSIS SMP Nusa Bangsa. Surat tersebut berisi tentang undangan kepada SMP Negeri 155 Jakarta untuk menghadiri kegiatan pentas seni tersebut. Adapun kegiatan pentas seni tersebut akan dilaksanakan pada
hari, tanggal       : Sabtu, 14 Juli 2014
waktu                  : Pukul 08.00 – 14.00 WIB
tempat                 : Aula SMP Nusa Bangsa
acara                    : Pentas Seni OSIS SMP Nusa Bangsa

E.    Kesimpulan 
Mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran tidak culup hanya dengan menggunakan penilaian terhadap hasil belajar siswa sebagai produk dari sebuah proses pembelajaran. Evaluasi terhadap program pembelajaran yang disusun dan dilaksanakan sebaiknya menjangkau penilaian terhadap  desain pembelajaran yang meliputi kompetensi yang dikembangkan danjuga hasil program pembelajaran.

F.    Daftar Pustaka
Safari. 1997. Pengujian dan Penilaian Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Kartanegara.

Tarigan, Henry Guntur, 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tatkala.1982.Pembelajaran Menulis. Bandung. Angkasa

Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta.

Ad Rooijakkers. (1990). Mengajar dengan Sukses. Cetakan Ke-7. Jakarta: PT Gramedia.


MAKALAH TES, PENILAIAN DAN PENGAJARAN
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagain Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa

A.    Latar Belakang Masalah 
A.    TES
Brown (2004:3) mengatakan bahwa tes adalah prosedur administratif yang terjadi pada waktu mengidentifikasi pengukuran kemampuan seseorang, pengetahuan, atau kinerja dalam domain tertentu. 

Melihat definisi tersebut ada beberapa hal yang perlu di garis bawahi. Metode, metode merupakan instrumen seperangkat teknik, prosedur, atau item yang membutuhkan kinerja pengambil tes. Sebuah tes harus jelas dan terstruktur untuk memenuhi syarat sebagai metode yang baik. Misalnya, pertanyaan pilihan ganda harus disertakan dengan jawaban yang benar, menulis cepat harus disertai dengan rubrik penilaian; tes lisan harus didasarkan pada naskah pertanyaan dengan daftar tanggapan diharapkan akan diajukan oleh yang menilai. Tes harus mengukur. Pengukuran akan memberikan total skor numerik, nilai kelas, peringkat persentil, dan mungkin beberapa sub-skor. 

Tes mengukur individu baik kemampuan, pengetahuan, atau kinerja. Untuk dapat mengukur dengan tepat, penguji perlu memahami siapa peserta tes, apapengalaman mereka sebelumnya dan latar belakang, dan bagaimana seharusnya menafsirkan hasil tes. 

Tes mengukur sebuah domain. Sebuah tes kemahiran biasanya hanya menggunakan sampling keterampilan, tetapi domain adalah kemampuan secara keseluruhan, atau kompetensi umum di semua keterampilan. 

Tes kinerja, disisi lain proses yang berkelanjutan memiliki ranah yang lebih luas daripada tes. Setiap kali siswa menjawab pertanyaan, memberikan komentar, menulis beberapa pekerjaan, atau mencoba keluar struktur baru, guru sadar membuat penilaian terhadap kinerja siswa.
B.    JENIS – JENIS TES
a.    Dari segi waktu tes
1)    Tes Formatif
tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :
a.    Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran.
b.    Merupakan penguatan bagi peserta didik.
c.    Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
d.    Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.

2)    Tes Summatif
diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.

b.    Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya
1)    Tes Subjektif  (Essay/uraian)
Tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.

2)    Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dari berbagai macam bentuk, antara lain ;
Tes Betul-Salah  (TrueFalse)
Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Tes Menjodohkan  (Matching)
Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)

2.    Dari segi bentuk pelaksanaannya
1)    Tes Tertulis
dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis.
2)    Tes Lisan
dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid
3)    Tes Perbuatan
mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik
 
C.    PENILAIAN DAN MENGAJAR
Salah satu peran penting dalam penilaian adalah membantu guru untuk membuat keputusan dalam pembelajaran. Brown (2004:3) mengatakan bahwa penilaian merupakan sebuah cara pengukuran pengetahuan, kemampuan, dan kinerja  seseorang dalam suatu domain yang diberikan serta suatu proses berkelanjutan yang meliputi ranah yang lebih luas. Kapanpun siswa merespon pertanyaan, mengajukan pendapat, mencoba kata atau struktur baru, tanpa disadarinya guru sedang melakukan penilaian. Guru yang baik adalah guru yang tiada henti melakukan penilaian baik terencana ataupun insidental. Dengan demikian tes merupakan penilaian yang merupakan bagian dari belajar bahasa. Siswa diberi banyak kesempatan untuk berlatih, berpikir, mengambil resiko menetukan tujuan, dan feedback (umpan balik) terhadap proses belajar bahasa yang kemudian dilakukan pengulangan sehingga tercapainya tujuan pembelajaran. 

Definisi ini menunjuk pada sebuah pengertian bahwa penilaian adalah suatu cara, artinya penilaian terdiri dari teknik-teknik dan prosedur yang tersusun secara sitematis. Kemudian penialain merupakan sebuah alat pengukuran artinya penilaian yang dilakukan mampu mengukur pengetahuan dan kemampuan seseorang dalam secara umum maupun secara khusus.  Dengan demikian Penilaian merupakan semua metode yang digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai pengetahuan, kemampuan, pemahaman, sikap, dan motivasi siswa yang di antaranya dapat dilakukan melalui tes, penilaian diri,  baik secara formal maupun informal. Pengetesan merupakan salah satu prosedur yang dapat digunakan untuk menilai unjuk kerja siswa.

Penilaian tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengajaran. Jika dalam pengajaran memiliki elemen siswa sebagai input, pembelajaran di sekolah dan kelas sebagai proses, dan kompetensi lulusan sebagai hasil, kegiatan penilaian terjadi baik pada awal, proses, maupun pada akhir pembelajaran. Pada awal pembelajaran, penilaian dilakukan untuk menentukan kemampuan awal siswa (diagnostic) atau penempatan (placement) siswa pada kelompok belajar tertentu. Pada saat pembelajaran berlangsung, kegiatan penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan hasilnya digunakan sebagai feedback atas kegiatan pembelajaran yang dilakukan (formative). Setelah kegiatan pembelajaran pada periode tertentu selesai dilakukan, misalnya pada akhir semester atau pada akhir jenjang pendidikan tertentu (SD, SMP, SMA), penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian keseluruhan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan pada jenjang pendidikan tertentu (summative) dan hasilnya digunakan sebagai laporan kepada siswa tentang hasil belajarnya, kepada guru, orang tua siswa, masyarakat dan pemerintah sebagai wujud akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan. Hubungan antara pembelajaran, evaluasi, penilaian dan pengetesan (Brown, 2004:5)

Sejalan dengan hal di atas dalam Permendikbut Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyanpaikan bahwa penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.
1.     Jenis – jenis penilaian
a.    Penilaian otentik
b.    Penilaian diri
c.    Penilaian berbasis portofolio
d.    Ulangan
e.    Ulangan harian
f.    Ulangan tengah semester
g.    Ulangan akhir semester Ujian Tingkat  Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK
h.    Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK
i.    Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN Ujian Sekolah/Madrasah

2.    Prinsip dan Pendekatan Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
a.    Objektif
b.    Terpadu
c.    Ekonomis,
d.    Transparan
e.    Akuntabel,
f.    Edukatif.

3.    Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian
a.    Ruang Lingkup Penilaian
Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/ kompetensi muatan/ kompetensi program, dan proses.

b.    Teknik dan Instrumen Penilaian
1)    Penilaian kompetensi sikap
a)    Observasi
b)    Penilaian diri
c)    Penilaian antarpeserta didik
d)    Jurnal
2)    Penilaian Kompetensi Pengetahuan
a)    Instrumen tes tulis
b)    Instrumen tes lisan
c)    Instrumen penugasan

4.    Manfaat hasil penilaian
Hasil penilaian dapat dapat digunakan sebagai input bagi guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan jika hasil penilaian menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran belum tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Bagi siswa, hasil penilaian dapat memberi arah mengenai pokok-pokok bahasa yang dianggap penting dan harus dikuasai. 

Hasil penilaian juga akan memberi informasi bagi siswa mengenai hasil belajar yang dicapai selama ini. Bila hasilnya kurang memuaskan, siswa yang bersangkutan dapat belajar lebih giat lagi dengan menggunakan berbagai pendekatan sehingga hasilnya bisa lebih baik. Penilaian yang dilakukan secara rutin baik secara formal maupun informal seperti dengan portofolio, akan membantu menjaga motivasi siswa untuk terus belajar.

Bagi penyelenggara pendidikan seperti kepala sekolah, hasil penilaian dapat digunakan untuk menentukan kebijakan dalam pendidikan seperti dalam menentukan batas lulus, batas penerimaan siswa baru, penentuan kluster, penentuan kuota asal siswa, peluncuran bantuan, penetapan sekolah unggulan, dan sejenisnya

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Douglas H. (2004). Language Assessment: Principles and Classroom Practices. New York: Pearson Education.

Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah.




MAKALAH
HAKIKAT PRAGMATIK, SITUASI TUTUR, TINDAK TUTUR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagain Tugas Mata Kuliah Pragmatik

BAB I   PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah sebuah sistem, sehingga memiliki berbagai unsur yang terkandung di dalamnya. Bahasa pun dapat diurai ke dalam unsur-unsur pembentuknya, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Selain itu, bahasa juga merupakan sistem tanda. Hal ini mengandung arti bahwa bahasa yang digunakan itu mewakili hal atau benda yang berkaitan dengan segala aspek kehidupan masyarakat. Secara eksplisit, bahasa itu memiliki makna. Dengan demikian, bahasa dapat digunakan untuk fungsi komunikatif kepada sesama pengguna bahasa. Parera (2004:3) menjelaskan bahwa ujaran yang secara struktur bunyi, dan morfologis-sintaksis sama, tidak selalu mempunyai tujuan dan fungsi sama. Misalnya, seorang guru mengatakan “Wah, papan tulisnya kotor sekali Nak.” Ujaran tersebut memang berupa kalimat deklaratif, namun ketika ujaran itu disampaikan di kelas bisa jadi memiliki makna suruhan. Hal-hal semacam inilah yang akan dikaji melalui pragmatik. Dalam makalah ini akan membahas sebagian kecil dari apa yang di kaji dalam ilmu pragmatik, diantaranya hakikat pragmatik, situasi tutur, tindak tutur.

B.    Rumusan Masalah
Dalam tulisan ini ada dua yang perlu dibahas.
1.    Apa hakikat pragmatik ?
2.    Apakah konteks dan situasi tutur ?
3.    Apa tindak tutur ?

C.    Tujuan
Ada dua tujuan pada makalah ini.
1.    Mendeskropsikan hakikat pragmatik ?
2.    Mendeskripsikan kontek sdan situasi tutur ?
3.    Mendeskipsikan tindak tutur ?

BAB II   PEMBAHASAN

A.    Hakikat Pragmatik

Pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Di sini, pengertian atau pemahaman bahasa menghunjuk kepada fakta bahwa untuk mengerti sesuatu ungkapan atau ujaran bahasa diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungannya dengan konteks pemakaiannya.
Pragmatik ialah kajian tentang kemampuan pemakai bahsa mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu. (Nababan, 1987:2).
Pragmatik juga diartikan sebagai syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi; aspek-aspek pemakaian bahasa atau konteks luar bahasa yang memberikan sumbangan kepada makna ujaran (Kridalaksana, 1993: 177).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan tentang batasan pragmatik. Pragmatik adalah suatu telaah umum mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi peserta tutur dalam menafsirkan kalimat atau menelaah makna dalam kaitannya dengan situasi ujaran.

B.    Konteks dan Situasi Tutur
Konteks dan situasi tutur merupakan dua konsep yang berdekatan. Kedekatan dua konsep itu telah menyebabkan tumpang tindihnya analisis. Pada satu pandangan konteks mencakup situasi. Sememntara itu, pada pandangan lain konteks tercakup di dalam situasi tutur (Rustono, 1999). Oleh karena itu di dalam memahami sebuah tuturan, perlu diketahui konteks dan situasi tutur yang melatarbelakanginya. Konteks sangat menentukan makna suatu ujaran, apabila konteks berubah maka berubah pulalah makna suatu ujaran.
Konteks adalah kondisi dimana suatu keadaan terjadi.  Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. Konteks merupakan sesuatu yang menjadi sarana penjelas suatu maksud. Sarana itu meliputi dua macam, yang pertama berupa bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud, dan yang kedua berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian.
Konteks meliputi semua latar belakang pengetahuan yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh penutur dan lawan tutur, serta yang menunjang interpretasi lawan tutur terhadap apa yang dimaksud penutur dengan suatu ucapan tertentu.
1.    Konteks Fisik
Konteks fisik (physical context) yang meliputi terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan atau perilaku dari para peran-peran dalam peristiwa itu.
2.    Konteks Epistemis
Konteks epistemis (epistemic context) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara atau pendengar.
3.    Konteks Sosial
Konteks sosial (social context) yaitu relasi sosial dan latar seting yang melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) dengan pendengar.
Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Di dalam komunikasi tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidetifikasi melalui situasi tutur yang mendukungnya. Penentuan maksud situasi tutur tanpa mengkalkulasi situasi tutur merupakan langkah yang memadai. Komponen-komponen situasi tutur menjadi kriteria penting di dalam menentukan maksud suatu tuturan.
Leech (1983: 13-15) berpendapat bahwa situasi tutur itu mencakupi: penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal.
Di dalam sebuah tuturan tidak senantiasa merupakan representasi langsung elemen makna unsur-unsurnya. Pada kenyataannya terjadi bermacam-macam maksud dapat diekspresi dengan sebuah tuturan, atau sebaliknya, bermacam-macam tuturan dapat mengungkapkan sebuah maksud. Sehubungan dengan bermacam-macamnya maksud yang mungkin dikomunikasikan oleh penuturan sebuah tuturan, Leech (dalam Wijana 1996) mengemukakan bahwa situasi tutur mencakup lima komponen, yaitu:
a.    Penutur dan lawan tutur yaitu usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dsb.
b.    Konteks tuturan mencakup konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial dari tuturan yang bersangkutan.
c.    Tujuan tuturan yang merupakan bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu.
d.    Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas yakni bahwa tindak tutur merupakan tindakan juga yang diperankan oleh alat ucap.
e.    Tuturan sebagai produk tindak verbal berupa tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa.
Kelima komponen itu menyusun suatu situasi tutur di dalam peristiwa tutur atau speech event. Komponen lain yang juga dapat menjadi unsur situasi tutur antara lain waktu dan tempat pada saat tuturan itu diproduksi. Tuturan yang sama dapat memiliki maksud yang berbeda akibat perbedaan waktu dan tempat sebagai latar tuturan.

C.    Tindak Tutur
Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik sehingga bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik lain seperti praanggapan, prinsip kerja sama, dan prinsip kesantunan.
Tindak tutur memiliki bentuk yang bervariasi untuk menyatakan suatu tujuan. Misalnya menurut ketentuan hukum yang berlaku di negara ini, “Saya memerintahkan anda untuk meninggalkan gedung ini segera”. Tuturan tersebut juga dapat dinyatakan dengan tuturan “Mohon anda meninggalkan tempat ini sekarang juga” atau cukup dengan tuturan “Keluar”. Ketiga contoh tuturan di atas dapat ditafsirkan sebagai perintah apabila konteksnya sesuai. tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsugannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. (chaer 2004 : 16)
Tindak Ujaran merupakan aksi (tindakan) dengan menggunakan bahasa (Djajasudarma,1994: 63). Bahasa digunakan pada hampir semua aktivitas. Kita menggunakan bahasa untuk menyatakan informasi (permohonan informasi, memerintah, mengajukan, permohonan, mengingatkan, bertaruh, menasehati, dan sebagainya.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah kemampuan seorang individu melakukan tindak ujaran yang mempunyai maksud tertentu sesuai dengan situasi tertentu. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa tindak tutur yang lebih ditekankan ialah arti tindakan dalam tuturannya. Hal ini sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, yang bertujuan untuk merumuskan maksud dan melahirkan perasaan penutur.
Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur ilokusi. Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tuturan ini disebut sebagai The act of saying something. Dalam tindak lokusi, tuturan dilakukan hanya untuk menyatakan sesuatu tanpa ada tendensi atau tujuan yang lain, apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak lokusi relatif mudah untuk diindentifikasikan dalam tuturan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur (Wijana, 1996:18).
Searle di dalam bukunya Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Language (dalam Wijana,1996: 17). Mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act).
1.    Tindak Lokusi, yaitu tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Saying Something.
Contoh: Ikan paus adalah binatang menyusui
Kalimat diatas diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya.
2.    Tindak Ilokusi, yaitu sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur ilokusi. Tidak ilokusi disebut juga The Act of Doing Something.
Contoh: Rambutmu sudah panjang
Kalimat diatas bila diucapkan oleh seorang laki-laki kepada pacarya, mungkin berfungsi untuk menyatakan kekaguman atau kegembiraan. Akan tetapi, bila diutarakan oleh seorang ibu kepada anak lelakinya, atau oleh seorang istri kepada suaminya, kalimat ini dimaksudkan untuk menyuruh atau memerintahkan anak atau suami tersebut untuk memotong rambutnya.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa tindak ilokusi sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya. Dengan demikian tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur.
3.    Tindak Perlokusi, yaitu sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang sering kali mempunyai daya pengaruh (perlocituonary force), atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi. Tindak ini disebut The Act of Affecting Someone.
Contoh: Kemarin saya sangat sibuk
Kalimat diatas bila diutarakan oleh seseorang yang tidak dapat menghadiri undangan rapat kepada orang yang mengundangnya, kalimat ini merupakan tindak ilokusi untuk memohon maaf, dan perlokusinya (efek) yang diharapkan adalah orang yang mengundang dapat memakluminya.
Pembagian tindak tutur berdasarkan maksud penutur ketika berbicara (ilokusi) Searle membagi dalam lima jenis. Pembagian ini menurut Searle (1980:16) didasarkan atas asumsi “Berbicara menggunakan suatu bahasa adalah mewujudkan prilaku dalam aturan yang tertentu”. Kelima tindak tutur tersebut adalah sebagai berikut.
1.    Tindak tutur repesentatif,
tindak tutur yang berfungsi untuk menetapkan atau menjeslakan sesuatu apa adanya. Tindak tutur ini, seperti menyatakan, melaporkan, memberitahukan, menjelaskan, mempertahankan, menolak dan lain-lain.
Tindak menyatakan, mempertahankan maksudnya adalah penutur mengucapkan sesuatu, maka mitra tutur percaya terhadat ujaran penutur. Tindak melaporkan memberitahukan, maksudnya ketika penutur mengujarkan sesuatu, maka penutur percaya bahwa telah terjadi sesuatu. Tindak menolak, menyangkal, maksudnya penutur mengucapkan sesuatu maka mitra tutur percaya bahwa terdapat alasan untuk tidak percaya. Tindak menyetujui, menggakui, maksudnya ketika penutur mengujarkan sesuatu, maka mitra tutur percaya bahwa apa yang diujarkan oleh penutur berbeda dengan apa yang ia inginkan dan berbeda dengan pendapat semula.
Guru : Pokok bahasan kita hari ini mengenai analisis wacana.
Tuturan guru di atas, merupakan salah satu contoh tindak tutur representatif yang termasuk mdalam tindak memberitahukan.

2.    Tindak tutur komisif,
tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong pembicaraan melakukan sesuatu, seperti berjanji, bernazar, bersumpah, dan ancaman. Komisit terdiri dari 2 tipe, yaitu promises (menyajikan) dan offers (menawarkan) Tindak menjanjikan, mengutuk dan bersumpah maksudnya adalah penutur  menjajikan mitra tutur untuk melakukan A, berdasarkan kondisi mitra tutur menunjukkan dia ingin penutur melakukan A.
Contoh : saya berjanji akan datang besok
Tuturan di atas, merupakan salah satu contoh tindak komisif yang termasuk dalam menjanjikan.

3.    Tinddak tutur direkfif,
tindak tutur yang berfungsi untuk mendorong pendengar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh, perintah, meminta. direktif mengespresikan sikap penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur, mislnya meminta, memohon, mengajak, bertanya, memerintah, dan menyarankan.
Tindak meminta maksunya ketika mengucapkan sesuatu, penutur meminta mitra tutur untuk melakukan A, maksudnya mitra tutur melakukan A, karena keinginan penutur. Tindak memerintah, maksudnya ketika penutur mengekspresikan keinginannya pada mitra tutur untuk melakukan A, mitra tutur harus melakukan A, mitra tutur melakukan A karena keinginan penutur. Tindak bertanya, ketika mengucapkan sesuatu penutur bertanya, mengekspresikan keingin kepada mitratutur, mitra tutur menjawab apa yang ditanya oleh penutur.
Guru         : Siapa yang piket hari ini?
Siswa        : Ani (siswa yang bersangkutan maju)

Tuturan di atas, merupakan suatu pernyatan yang tujuannya meminta informasi mitra tutur.
Guru         : Coba, ulangi jawabannya.

Tuturan ini juga termasuk tindak tutur direktif yang maksudnya menyuruh meminta si A mengulangi kembali jawabannya.

4.    Tindak tutur ekspresif, tindak tutur ini berfungsi untuk mengekspresikan perasaan dan sikap. Tindak tutur ini berupa tindak meminta maaf, berterimakasih,menyampaikan ucapan selamat, memuji, mengkritik.
Penutur mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur baik yang berupa rutinitas maupun yang murni. Perasaan dan pengekspresian penutur untuk jenis situasi tertentu yang dapat berupa tindak penyampaian salam (greeting) yang mengekspresikan rasa senang, karena bertemu dan melihat seseorang, tindak berterimakasih (thanking) yang mengekspresikan rasa syukur, karena telah menerima sesuatu. Tindak meminta maaf (apologizing) mengekspresikan simpati, karena penutur telah melukai atau mengganggu mitra tutur.
Contoh : Ya, bagus sekali nilai rapormu.
Tuturan di atas, merupakan salah satu contoh tindak ekspresif yang termasuk pujian.

5.    Tindak tutur deklaratif, yaitu tindak tutur  yang berfungsi untk memantapkan sesuatu yang dinyatakan, atara lain dengan setuju, tidak setuju, benar-benar salah, dan sebagainya
Siswa     :    Menurut saya, salah satu faktor yang mempengaruhi kecurangan siswa dalam menjawab ujian adalah ketidaksiapan belajar untuk menghadapi ujian itu sendiri. Bagaimana Pak?
Guru    :    Ya, saya setuju dengan pendapat kamu.


DAFTAR PUSTAKA

Parera, J.D. (1984). Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga.

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Departemen Pen­didikan dan Kebudayaan.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia

Rustono. 1999. Pokok- Pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press

Leech, Geoffrey. 1983. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta : Penerbit Andi

Chaer, Abdul. 2003. Lingusitik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Searle, John R. 1969. Speech Act: an Essay in The Philosophy of Language. Cambridge: Cambridge University Press.




MAKALAH
KETERKAITAN KETERAMPILAN MENULIS DENGAN MENYIMAK
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagain Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis memiliki hubungan yang sangat erat meskipun masing – masing memiliki ciri tertentu. Karena ada hubungan yang sangat erat ini, pembelajaran dalam satu jenis keterampilan sering meningkatkan keterampilan yang lain.  Misalnya pembelajaran membaca, di samping meningkatkan keterampilan membaca dapat juga meningkatkan keterampilan menulis. Contoh lain belajar menemukan ide – ide pokok dalam menyimak juga meningkatkan kemampuan menemukan ide – ide pokok dalam membaca, karena kegiatan berpikir baik dalam memahami bahasa lisan maupun bahasa tertulis pada dasarnya sama. 
Dalam proses komunikasi, semua aspek keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tertulis penting. Pengalaman merupakan dasar bagi semua makna yang disampaikan dan yang dipahami dalam bahasa tertentu. Anak yang memiliki pengalaman berbahasa yang cukup luas akan dapat mengungkapkan maksudnya dan memahami maksud orang lain dengan mudah.
Kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis semua bergantung pada kekayaan kosa kata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang dimiliki oleh seseorang. Selain itu kemampuan berbahasa juga memerlukan kemampuan menggunakan kaidah bahasa. Oleh karenanya, perlu kita pelajari seberapa jauh keterkaitan  keterampilan menulis dengan menyimak.

B. Rumusan Masalah

Dalam tulisan ini ada dua yang perlu dibahas.
1.Apa pengertian keterampilan menulis dan menyimak?
2.Bagaimana keterkaitan antara menulis dengan menyimak?

C.Tujuan 
Ada dua tujuan pada makalah ini.
1.mendeskripsikan pengertian keterampilan menulis dan menyimak
2.mendeskripsi keterkaitan antara menulis dengan menyimak

  
BAB II PEMBAHASAN
A.Menyimak
Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan.Karena itu dapatlah kita simpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi.Misalnya mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dengan teman sekerja, sekelas dan sebagainya.
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterprestasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.”Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertia.Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya.
Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan kalimat.Pemahaman terhadap fonem, kata dan kalimat ini sangat membantu yang bersangkutan dalam kegiatan berbicara, membaca, ataupun menulis.
Penyimak yang baik apabila individu mampu menggunakan waktu ekstra untuk mengaktifkan pikiran pada saat menyimak.Ketika para siswa menyimak, perhatiannya tertuju pada objek bahan simakan. Pada saat itulah akan didapatkan proses menyimak yang efektif, menyimak yang lemah, dan menyimak yang kuat, sebagaimana dikemukakan oleh Campbell, dkk (2006:16) pada tabel berikut ini.

Tabel : Menyimak yang Efektif
No.    Menyimak yang efektif    Menyimak yang lemah    Menyimak yang kuat
  1. Temukan beberapa area minat    Menghilangkan pelajaran yang “kering”    Menggunakan peluang dengan bertanya “Apa isinya untuk saya?”
  2. Nilailah isinya, bukan penyampaiannya    Menghilangkannya jika penyampaiannya jelek    Menilai isi, melewati kesalahan-kesalahan penyampaian
  3. Tahanlah semangat Anda    Cenderung berargumen    Menyembunyikan penilaian sampai paham
  4. Dengarkan ide-ide    Menyimak kenyataan    Menyimak tema inti
  5. Bersikap fleksibel    Membuat catatan intensif dengan memakai hanya satu sistem    Membuat catatan lebih banyak. Memakai 4-5 sistem berbeda tergantung pembicara
  6. Bekerjalah saat menyimak    Pura-pura menyimak    Bekerja keras, menunjukkan keadaan tubuh yang aktif
  7. Menahan gangguan    Mudah tergoda    Berjuang/menghindari gangguan, toleransi pada kegiatan-kegiatan jelek, tahu cara berkonsentrasi
  8. Latihlah pikiran anda    Menahan bahan yang sulit, mencari bahan yang sederhana    Menggunakan bahan yang padat untuk melatih pikiran
  9. Bukalah pikiran anda    Setuju dengan informasi jika mendukung ide-ide yang terbentuk sebelumnya    Mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda sebelum membentuk pendapat.
  10. Tulislah dengan huruf besar tentang fakta karena berpikir lebih cepat daripada berbicara    Cenderung melamun bersama dengan pembicara yang lemah    Menantang, mengantisipasi, merangkum, menimbang bukti, mendengar apa yang tersirat
B. Menulis
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut (Tarigan, 1985:6)
Lebih lanjut Tarigan  menyatakan bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol-simbol sehingga berbentuk kata, dan kata-kata tersusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca.
Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis.
Tarigan (1985:5) menyatakan bahwa menulis adalah keterampilan yang produktif karena menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang sifat dan karakternya sangat berbeda dengan berbicara yang diungkapkan secara langsung. Sebagai salah satu aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan, mengolah, dan menata informasi.
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa tak dapat dilepaskan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi. Pengalaman dan masukan yang diperoleh dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan memberikan kontribusi berharga dalam menulis. Begitu pula sebaliknya, apa yang diperoleh dari menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga corak kemampuan berbahasa lainnya. Namun demikian, menulis memiliki karakter khas yang membedakannya dari yang lainnya. Sifat aktif, produktif, dan tulis dalam menulis, memberikannya ciri khusus dalam hal kecaraan, medium, dan ragam bahasa yang digunakannya.

C. Keterkaitan Antara Keterampilan  menyimak Dengan Menulis
Sewaktu menulis, seseorang butuh inspirasi, ide, atau informasi untuk tulisannya. Hal ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, sumber tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal atau laporan. Sedangkan dari sumber tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato, wawancara, diskusi dan obrolan. Jika dari sumber tercetak informasi itu diperoleh dengan membaca, maka dari sumber tak tercetak diperoleh informasi itu dengan menyimak.
Di dalam perkuliahan, seorang mahasiswa membuat saat dia menyimak penjelasan dosen.Demikian halnya seorang penulis, dia harus pandai-pandai menyimak suatu informasi yang baru sebagai bahan tulisannya.Melalui menyimak suatu informasi yang baru sebagai bahan tulisannya. Melalui menyimak ini penulis tidak hanya memperoleh idea tau informasi untuk tulisannya, tetapi juga menginspirasi tata saji dan struktur penyampaian lisan yang menarik hatinya, yang akan berguna untuk aktifitas menulisnya (Suparno, 2004 : 1.7).
Menulis dan menyimak merupakan aktifitas berbahasa, dimana keterampilan menyimak bersifat reseptif, dan menulis adalah bersifat produktif. Antara menyimak dan menulis memiliki hubungan yang erat dari menyimak sutu ujaran atau informasih dapat menumbuhkan kratifitas untuk menulis hasil simakan yang diperoleh. Dan dituangkan dalam suatu karya tulis, baik itu cerpen, puisi , prosa, dll.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2006.Metode Praktis Pembelajaran: Berbasis Multiple Intelligences.Depok: Intuisi Press.

Suparno. (2004). Deskripsi dan Narasi dalam Menulis 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.

MAKALAH
PEMAJANGAN HASIL KARYA SISWA SEBAGAI TOLOG UKUR DAN UMPAN BALIK KEBERHASILAN KBM 

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dari beberapa buku atau sumber bacaan tentang pendekatan, strategi, metode pembelajaran, secara umum hanya menampilkan atau membahas mengenai bagaimana pengelolaan pada saat pembelajaran saja, akan tetapi proses-proses pasca pembelajaran sering kali terlupanan.
Seringkali karya-karya siswa setelah dinilai tidak dimanfaatkan lagi keberadaannya. padahal karya-karya siswa dapat menjadi sumber belajar bersama dan dipajangkan baik di dalam maupun di luar kelas. Karya-karya tersebut bisa juga ditempatkan di perpustakaan sehingga karya siswa yang menjadi koleksi hasil pekerjaan seorang siswa (bersifat individual) yang menggambarkan (merefleksi) taraf pencapaian, kegiatan belajar, kekuatan, dan pekerjaan terbaik siswa tersebut.
Zain dan bahri (dalam Main Sufanti (2014:26) menyatakan bahwa strategi pembelajaran strategi pembelajaran pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak mancapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan pengajar dan peserta didik dalam mewujidkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah di gariskan.
Ada empat strategi dasar dalam pembelajaran yaitu, (1) mengidentifikasi apa yang diharapkan, (2)  memilih sistem pendekatan, (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran, dan (4) menetapkan norma dan batas minimal keberhasilan (Zain dan bahri dalam Main Sufanti, 2014:26).
Berdasarkan pendapat tersebut berkan dengan poin ke tiga yaitu memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran. Pemajangan hasil belajar siswa merupakan salah satu trobosan baru yang bisa dilakukan sebagai pendekatan proses apresisasi terhadap hasil belajar siswa melalui pemajangan pekerjaan/karya saswa.
Upaya pengembangan pendekatan keterampilan proses yang perlu diperhatikan adalah pengembangan sikap dan nilai keterampilan, yang diantaranya dapat dilakukan melalui kegiatan pameran hasil karya siswa dalam bentuk kegiatan pajangan/ memajang hasil karya siswa.
Dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia banyak pekerjaan/karya siswa yang dapat digunakan sebagai bahan pajangan, seperti dari hasil kegiatan pembelajaran dengan materi penulisan puisi, cerpen, pantun, berita, hasil wawancara, desain poster/slogan dan masih banyak jenis-jenis materi dalam pelajaran bahasa dan sastra indonesis yang dapat menghasilkan  karya-karya siswa sebagai bahan pajang di dalam kelas.

B.    PERMASALAHAN PEMBELAJARAN
Seperti telah dipaparkan dalam latar belakang di atas bahwa seringkali karya-karya siswa setelah dinilai tidak dimanfaatkan lagi keberadaannya, sehingga hasil belajar ataupun karya-karya siswa tersebut tidak bisa dinikmati lagi setelah berakhirnya pelaksanaan pembelajaran padahal karya tersebut dapat menjadi sumber belajar bersama dan dipajangkan baik di dalam maupun di luar kelas.
Puisi, cerita pendek, dan jenis karya lainya dari kegiatan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan karya-karya yang menarik untuk diaprsisasi pada waktu yang berbeda, sehingga sangat perlu  langkah atau tindakan untuk pengumpulan dari hasil penyampaian-penyampaian materi yang berupa tugas/karya siswa tersebut.

C.    METODE INOVATIF
Hasil karya siswa yang telah dikerjakannya akan lebih bermanfaat apabila dapat dinikmati sendiri, juga dapat dinikmati oleh orang lain, sehingga nilai hasil karya tersebut akan lebih bermakna, berdaya guna dan berhasil guna untuk suatu kegiatan berikutnya. Banyak hal-hal positif yang dapat diperoleh dari kegiatan memajang (pameran) hasil karya siswa, dalam upaya meningkatkan prestasi, kreatifitas serta keterampilan siswa. Melalui kegiatan memajang hasil karyanya, siswa akan memperoleh sejumlah kemampua/ keterampilan yang perlu dibina dan dikembangkan menurut kadar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan taraf berpikir siswa pada jenjang sekolah yang bersangkutan.
Mengembangkan ruang kelas yang kondusif, mendorong siswa belajar aktif sehingga tujuan belajar dan pengembangan karakter siswa dapat tercapai secara maksimal. Pemajangan hasil karya siswa merupakan metode untuk menjawab dari permasalahan tersebut. Ruang kelas adalah tempat dimana siswa banyak menghabiskan waktunya di sekolah.
Kelas yang dipenuhi dengan karya/pekerjaan siswa merupakan pemandangan yang menyenangkan karena memberi pesan kepada mereka bahwa pekerjaan dan belajar mereka penting (Clayton:2002). Salah satu penataan yang perlu dilakukan adalah dengan menyediakan papan pajang hasil karya/pekerjaan siswa di kelas.
Memajangkan semua hasil karya/pekerjaan siswa perlu dilakukan, karena dengan pemajangan hasil karya siswa memunculkan penghargaan terhadap kemampuan anak, meningkatkan motivasi belajar anak, meningkatkan kreativitas anak, dan memantau perkembangan anak melalui karya-karya yang dapat dihasilkannya (Yenny;2013).
Pengelolaan pemajangan hasil karya saswa tersebut dapat memberi manfaat yang berkaitan dengan proses pendidikan sendiri. Pertama, dengan memajang hasil belajarnya, siswa belajar untuk melakukan refleksi atas apa yang telah mereka kerjakan. Kedua, dengan menciptakan pajangan yang lebih mengutamakan usaha dari pada hasil sempurna, anak akan lebih memahami bahwa belajar adalah proses pertumbuhan, bukan hanya proses penguasaan. Ketiga, memberi kesempatan kepada mereka untuk belajar dari orang lain, menghargai pekerjaan orang lain, menumbuhkan empati, menghormati, dan menumbuhkan rasa kebersamaan dalam komunitas kelas.

D.    SKENARIO
Realisasi kegiatan pemajangan karya siswa ini dilakukan disaat atauapun  setelah kegiatan pembelajaran selesai,  sehingga dari masing-masing siswa melalui intruksi guru menempel hasil pekerjaan  yang telah selesai dikerjakan pada waktu kegiatan belajar berlangsung.
Segai contoh pada pelajaran menulis puisi pada pelajaran bahasa dan sastra indonesia, urutan yang dapat dilakukan guru untuk menuju pada penempelan karya/hasil pekerjaan siswa adalah sebagai berikut :
1.    Merumuskan tujuan pembelajaran, dengan diikuti langkah-langkah persiapan mengajar seperti merancang materi, merancang skenario pembelajaran dan lain-lain.
2.    Melaksanakan kegiatan pembelajaran d kelas, Seperti :
a.    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai.
b.    Guru pertanya jawab mengenai puisi(pengertian dan unsur).
c.    Guru menentukan tema menentukan tema yang akan di buat.
d.    Guru memberikan tugas.
3.    Guru mengingintruksikan untuk menempel ditempat yangsudah tersedia setelah pekerjaan siswa selesai dinilai.

E.    KELEMAHAN DAN KEKURANGAN
Dalam prakteknya pendekatan ini memiliki kekurangan atau hambatan, sehingga perlu dipikirkan dan dipertimbangkan dalam pelaksanaanya, adapun hambatan tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Pemajangan karya siswa tidak akan maksimal apabila ruangan masih diergunakan kelas yang belum system moving class, karena pemajangan tidak akan maksimal dan akan terhambat dengan pelajaran pelajaran yang juga memanfaatkan ruang kelas tersebut.
2.    Apabila tidak ada tempat khusus pemajangan karya siswa akan menambah pemandangan yang kurang enak dipandang karena anan menimbulkan kesan acak-acakan.
3.    Pelaksanaan pemajangan tidak terlepas dari kreatifitas guru untuk mendorong siswanya untuk menciptakan pembelajaran yang dapat menghasilkan karya karya, sehingga perlu adanya pembelajaran yang inovatif, apabila tiddak makan mustahil pemajangan akan terjadi.   

F.    SIMPULAN
Dari pembahasaan diatas dapat di simpulkan bahwa yang perlu diingat adalah, hasil karya yang dipajang tidak hanya yang bagus menurut kita (guru), karena setiap karya memiliki kesan dan nilai tersendiri bagi anak. Melalui kegiatan pajangan hasil kegiatan siswa dapat dipakai sebagai tolak ukur dan umpan balik keberhasilan KBM yang sudah dilaksanakan, khususnya pelajaran bahasa dan sastra indonesia. Di sisi lain pemajangan karya siswa juga menjadi salah satu tolog ukur produktivitas dari seorang guru dan gambaran dari perkembangan kelas. Hargai setiap usaha sekecil apa pun yang telah dilakukan anak untuk mencoba mengerjakan tugasnya .


DAFTAR PUSTAKA

Sufanti, Main. 2014.Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta.Yuma Pustaka

Clayton, Marlyn K. 2002. Displaying Student Work. An Opportunity for Student-teacher collaboration. http://www.responsiveclassroom.org.

Yenny Eka Herlin Budhiarti.m. 2013.Display Hasil Karya Siswa, Apakah Perlu. http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/02/display-hasil-karya-siswa-pakah-perlu-556413.html.





MAKALAH  MATA KULIAH METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA

TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


BAB I PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah
Supaya interaksi dalam proses pembelajaran  dapat berlangsung interaktif, tentu membutuhkan alat, sarana atau media, dan yang paling utama digunakan manusia adalah bahasa. Ilmu Bahasa, Studi Bahasa, kajian tentang bahasa, sekarang sudah bersifat universal. Demikian pula pendidikan bahasa dan pembelajaran bahasa setiap jenjang pendidikan pada era globalisasi ini amat sangat diperlukan.
Berhasil atau tidaknya seorang pendidik mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada anak didiknya, dapat dilihat dari metode pengajaran yang digunakan pendidik tersebut dan bagaimana respons dari anak didiknya. Jika seorang pendidik memakai suatu metode tertentu dengan baik dan benar ketika mengajar maka anak didiknya pun akan merespons pesan atau informasi yang diberikan pendidik tersebut dengan baik pula, begitupun sebaliknya.

B.         Rumusan Masalah
1.        Bagaimana pelaksanaan pengajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah?
2.        Teknik apa saja yang digunakan dalam pengajaran Bahasa Indonesia?

C.         Tujuan Penulisan
1.        Untuk mengetahui pelaksanaan pengajaran bahasa Indonesia
2.        Untuk mengetahui teknik teknik yang digunakan dalam pengajaran bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN TEORI
A.      Pengertian Teknik Pembelajaran
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2005: 1158) teknik adalah metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau seni melakukan sesuatu. Uno (2008: 2) mengartikan teknik sebagai jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai. Teknik secara harfiah juga diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengaplikasikan dan mempraktikkan suatu metode.
Wikipedia mendefinisikan pembelajaran sebagai setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Khusus untuk pengertian teknik pembelajaran, Sudrajat (2008:1) menjelaskan teknik pembelajaran sebagai cara yang dilakukan pengajar dalam menerapkan metode pembelajaran tertentu.
Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.
1.         Teknik Umum
Teknik umum adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk semua bidang studi. Contohnya antara lain:
a.         teknik ceramah, merupakan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas.
b.        teknik tanya jawab, merupakan metode mengajar dimana guru menanyakan hal-hal yang sifatnya faktual
c.         teknik diskusi, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menggunakan informasi yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu masalah
d.        teknik ramu pendapat
e.         teknik pemberian tugas, dengan metode ini guru memberikan tugas, siswa mempelajari kemudian melaporkan hasilnya
f.         teknik latihan, merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang dipelajari.
g.        teknik inquiri, siswa diberi kesempatan untuk meneliti suatu masalah sehingga dapat menemukan cara pemecahannya.
h.        teknik demonstrasi
i.          teknik simulasi

2.         Teknik Khusus
Teknik khusus adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan-bahan pelajaran bidang studi tertentu. Berikut ini beberapa teknik pembelajaran menulis:
a.         teknik mengarang gambar
b.        teknik meringkas
c.         teknik menyadur
d.        teknik melanjutkan karangan
e.         teknik mendeskripsikan objek
Apa yang dikemukakan di atas hanya contoh dari sekian banyak teknik yang ada. Untuk itu, guru harus kreatif dan aktif untuk mengaktifkan siswa.


 BAB III PEMBAHASAN
A.         Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Indonesia
Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan untuk bermacam-macam fungsi sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh penutur. Dalam pelaksanaannya, bermacam-macam fungsi tersebut dapat dipadukan melalui berbagai kegiatan pembelajaran.
Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa Indonesia dan apresiasi sastra berperan sangat penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal itu terbukti dalam kurikulum 1968 sampai sekarang (KTSP), apresiasi sastra merupakan materi pembelajaran yang harus diajarkan kepada siswa mulai sekolah dasar sampai sekolah lanjutan tingkat atas (baik SMA maupun SMK).
Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan materi dan bahan pembelajaran kebahasaan mencakup lafal, ejaan dan tanda baca, kosakata, struktur, paragraph, dan wacana. Lafal yang baik dan wajar termasuk cara pengucapan yang jelas dan intonasi yang wajar sesuai dengan situasi kebahasaan. Selain itu penekanan pembelajaran kosakata, struktur, paragraf, dan wacana bukan pada pembahasan bagian-bagian kalimat, paragraf, atau wacana, melainkan pada pengembangan gagasan melalui hubungan antar kalimat, antar kalimat dalam paragraf, dan antar paragraf menjadi wacana yang utuh.
Tujuan pengajaran sastra sebenarnya memiliki dua sasaran, yaitu agar siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman sastra. Pertama, pengetahuan sastra diperoleh dengan membaca teori, sejarah, dan kritik sastra. Kedua, pengalaman sastra dengan cara membaca, melihat pertunjukan karya sastra, dan menulis karya sastra.
Aplikasinya dalam mengajar bahasa Indonesia atau apresiasi karya sastra harus memperoleh pengetahuan yang berangkat dari pengalaman karya sastra. Artinya, untuk mengajarkan sastra, guru harus mampu memberikannya berdasarkan karya sastra itu. Sebagai contoh, untuk memperoleh teori tentang unsur-unsur dalam roman/novel atau karya sastra lain, seorang guru harus memperkenalkan roman/novel tersebut dengan cara mengkaji dan mengapresiasinya.

B.         Teknik Pengajaran Bahasa Indonesia
Setelah memahami metode pembelajaran bahasa guru juga harus mengetahui teknik-teknik atau strategi pengajaran yang lazim digunakan. Teknik bersifat prosedural. Teknik yang baik dijabarkan metode dan serasi dengan pendekatan. Berikut sejumlah teknik pengajaran bahasa Indonesia yang biasa dipraktikan guru bahasa Indonesia.
1.      Teknik Ceramah
Pelaksanaan teknik ceramah dikelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan.
2.      Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampialn menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat bertanya pada guru.
3.      Teknik Diskusi Kelompok
teknik bimbingan kelompok yang dilaksanakan dengan maksud agar para siswa anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Peran guru terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.

4.      Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu, untuk pemberian tugas siswa secara  individual seperti membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menulis puisi dan-lain.
5.      Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu.
Pembahasan tentang teknik di atas adalah hanya sebagian kecil dari beberapa teknik pembelajaran bahasa dan sastra yang ada dan diterapkan oleh guru sebagai cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
 
BAB IV PENUTUP
A.       Kesimpulan
Pembelajaran Bahasa Indonesia dan sastra, akan menjadi sangat efektif, bermakna, dan berhasil mencapai tujuan jika guru mempertimbangkan berbagai faktor yang ada pada siswanya seperti motivasi, tipe belajar, lingkungan belajar yang disenangi, kelemahan dan kelebihan yang dimiliki siswa.
Peran aktif guru dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia di kelas sangat menentukan diterima atau tidaknya pesan dan informasi oleh siswa. Kesalahan-kesalahan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia harus dapat dijadikan motivasi siswa untuk belajar memperbaiki kesalahan tersebut dan mengetahui kebenaran atas kesalahan tersebut. Di sinilah peran guru untuk meluruskan dan mengarahkannya.
Teknik teknik  yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia antara lain : teknik ceramah, teknik tanya jawab, teknik diskusi kelompok, teknik pemberian tugas, teknik bermain peran, dll.
 

DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, N. (2005). Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta;Bumi Asksara.
Alwi Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.




AAA

[random][video][#8e44ad]
Powered by Blogger.