Makalah; Tata Bahasa Relasioanal




MAKALAH ; TATA BAHASA RELASIONAL
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagain Tugas Mata Kuliah Lingiustik


BAB I PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Keberadaan bahasa merupakan keniscayaan bagi manusia, karena bahasa merupakan salah satu pembeda antara hewan dan manusia. Hal ini dikarenakan, hanya manusialah yang memiliki bahasa. Jadi, sudah seharusnya disyukuri apa yang telah dikaruniakan oleh Sang Pencipta kepada kita, yaitu bahasa.
Dalam sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi berbagai aliran dan paham yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan dan membingungkan terutama bagi para pemula (Chaer, 2003:332). Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-aliran linguistik. Masing-masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang bahasa, tapi pada prinsipnya aliran tersebut merupakan penyempurnaan dari aliran-aliran sebelumnya. Oleh karena itu, dengan mengenal dan memahami aliran-aliran tersebut akan menjadi pedoman bagi setiap orang untuk dapat memilih atau mengacu kepada aliran linguistik apa yang menurutnya baik. Dalam makalah ini akan dipaparkan salah satu sejarah perkembangan aliran-aliran linguistik yaitu aliran Relasional. 
Tata bahasa ini muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tata bahsa transformasi. Dalam hal ini tata bahasa relasional banyak menyerang tata bahasa transformasi karena  menganggap  teori tata bahasa transformasi tidak dapat diterapkan pada bahasa – bahasa lain selain bahasa Inggris.

B.            Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.        Bagaimana pandangan tatabahasa relasional?
2.        Apa saja prinsip-prinsip tatabahasa relasional?

C.           Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.        Mendeskripsikan pandangan tatabahasa relasional.
2.        Mendeskripsikan prinsip-prinsip tatabahasa relasional.

BAB II PEMBAHASAN
A.           Pandangan Aliran Relasional
Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tata bahsa transformasi. Serangan yang dilancarkan oleh tatabahasa trasformasional terhadap tatabahasa relasional tertuju pada beberapa kaidah susunan  tatabahasa trasformasional yang diberi label “universal”, tetapi yang oleh tatabahasa relasional dinyatakan sebagian “tidak universal”.  Kaidah yang disusun oleh tatabahasa transformasional lahir atas dasar pengamatan terhadap bahasa Inggris, kritikan yang dilontarkan oleh tatabahasa relasional timbul sebagai hasil penerapan kaidah “universal” tatabahasa transformasional itu pada bahasa yang dianalisis oleh tatabahasa relasional, yankni bahasa selaiin bahasa indonesia.
 Tatabahasa Relasional (relational grammar) merupakan pecahan dari Tata bahasa Transformasional (Transformational Grammar). Kedua aliran ini sebanarnya mengupayakan menggali kaidah yang dapat dipakai pada semua bahasa di dunia, yang disebut kaidah universal language atau kaidah bahasa semesta. Tatabahasa transformasional menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa garapannya, tetapi setelah dicoba oleh kelompok Aliran Tatabahasa Relasional terhadap bahasa-bahasa selain bahasa Inggris, kaidah-kaidah tersebut tidak dapat diterima sebagai semesta bahasa.
Tata bahasa Relasional dikembangkan oleh David M. Perlmulter dan Paul M. Postal pada tahun tujuh puluhan. Tata bahasa Relasional lahir sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap Tata bahasa Transformasional mengenai struktur klausa yang dijabarkan melalui urutan linear (linear order) dan relasi dominansi (dominance relation) di antara unsur-unsur suatu klausa. Hal ini akan menghalangi Tatabahasa Transformasi menjadi teori sejagat (semesta bahasa). Menurut Tatabahasa Relasional, teori sintaksis semesta harus dianalisis berdasarkan relasi-relasi gramatikal.
Masalah Subjek dan Objek langsung berdasarkan relasi dominasi, Tatabahasa Transformasional menjelaskan sebagai berikut: subjek adalah FN (Frasa Nomina) yang secara langsung didominasi oleh K (Kalimat), dan objek langsung adalah FN (Frase Nomina) yang secara langsung didominasi oleh FV (Frasa Verba). Hal ini dapat digambarkan dalam diagram pohon sebagai berikut.
Menurut Aliran Tatabahasa Relasional, Tatabahasa Transformasi dengan struktur klausa yang dijabarkan dengan urutan linear dan relasi dominasi, telah mengalami kegagalan dalam penerapannya terhadap bahasa-bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia, bahasa Turki, bahasa Nitinah, dan sebagainya (Samsuri, 1988:111). Oleh karena bahasa yang berbeda-beda, pastilah menggunakan ciri susunan kata (different characteristics word orders) yang berbeda pula.
Prinsip dasar Tatabahasa Relasional adalah bahwa relasi-relasi gramatikal, seperti “subjek dari” dan “objek dari” memegang peranan penting dalam sintaksis bahasa alami. Relasi-relasi gramatikal diperlukan untuk mencapai tiga sasaran teori bahasa, yaitu (1) merumuskan kesejagatan bahasa (kesemestaan bahasa), (2) menetapkan karakteristik setiap konstruksi gramatikal yang ada pada bahasa-bahasa alami, dan (3) membangun suatu tatabahasa yang memadai untuk setiap bahasa.
Ketiga sasaran teori bahasa tersebut, dicapai oleh Tatabahasa Relasional melalui tiga unsur linguistik, (1) seperangkat simpai (nodes) yang menggambar-kan semua unsur linguistik (klausa, frasa, kata, dan morfem), (2) seperangkat tan-da relasi (relational signs), yang menggambarkan relasi-relasi gramatikal, (seperti subjek, predikat, objek) di antara unsur-unsur, dan (3) seperangkat koordinat (coordinates) (K1, K2, K3, dst) yang menggambarkan tataran-tataran yang berbeda dari relasi-relasi yang dihasilkan (Samsuri, 1988:12; Djunaidi dalam Purwo,2000:458).
B.            Prinsip-Prinsip Dasar Tata Bahasa Relasional
Tata bahasa relasional muncul sebagai tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tata bahasa transformasi. Dalam hal ini tata bahasa relasional  banyak menyerang tata bahasa transformasi, karena menganggap teori-teori tata bahasa transformasi itu tidak dapaat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain  bahasa inggris.
Serangan ini, misalnya, dalam “menjelaskan” struktur kalimat aktif-pasif dengan kedudukan fungsi-fungsi subjek, objek langsung , dan objek tak langsung.  Menurut teori tata bahasa relasional, setiap struktur klausa terdiri dari jaringan relasional (relational network) yang melibatkan tiga macam maujud  (entity), yaitu:
1.             Seperangkat simpai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di dalam satu struktur,
2.             Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang merupakan nama relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam hubungannya dengan elemen lain;
3.             Seperangkat “Coordinates” yang dipakai untuk menunjukan pada tataran yang manakah Elemen-elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.
Ketiga macam wujud itu digambarkan ke dalam beberapa kalimat an diagaram berikut untuk memperjelasnya. Struktur kalimat (1), misalnya, dapat dijabarkan oleh kedalam diagram (2).
(1)   Ali memberi buku itu kepada saya.
Klausa tersebut mempunyai tiga buah nomina dan sebuah verba yang masing-masing saling bergantungan satu sama lain, dan masing-masing membawa satu relasi.  Nomina Ali membawakan relasi “subjek dari” (relasi-1), nomina buku itu membawakan relasi “objek langsung dari” (relasi-2), nomina saya membawakan relasi “objek tak langsung dari” (relasi-3), sedangkan verba beri membawkan relasi “predikat dari” (relasi_-P). Sekarang perhatikan kalimat (3) berikut yang terdiri dari tiga buah tataran.
(2)   Saya diberikan buku itu oleh Ali.

Jika dianalisis dari segi tata bahasa transpormasi,bentuk kalimat tersebut merupakan hasil dari dua macam ternsformasi yang dilakukan secara berurutan, yaitu transformasi datif, lalu transformasi pasif. Jadi keseluruhanya ada tiga bentuk atau konstruksi yang terlibat, yaitu :
Tata bahasa relasional, selain tidak memakai istilah “transformasi”  juga tidak menggunakan istilah “pemindahan”, karena istilah tersebut tidak dapat di terapkan pada bahasa Turki, Malagasia, misalnya menerangkan soal penafsiran.
Akan tetapi menurut tata bahasa relasional, jika struktur klausa dijajagi dari segi relasi gramatikal, maka dalam hal penafsiran terdapat kesamaan yang mereka analisis.  Misalkan pada klausa Klausa (1a)  “Ali memberi buku itu kepada saya”
Memiliki rician dari unsur :
a)        Nomina Ali berelasi “subjek dari”
b)        Nomina buku itu berelasi “objek langsung dari”
c)        Nomina saya berelasi “objek tak langsung dari”
d)       Verba beri berelasi “predikat dari”
Menurut analisis tata bahasa relasional kalimat diatas juga mempunyai tiga tataran struktural yang urutan-urutannya juga sama dengan menurut teori tata bahasa transformasi di atas :
(a)    Kontruksi kalimat inti,
 (1a) Ali memberi buku itu kepada saya.
(b)   Kontruksi kalimat hasil transformasi datif,
(1b) Ali memberikan saya buku itu.
(c)    Kalimat hasil transformasi pasif dari kontruksi datif.
(1c) Saya diberikan buku itu oleh Ali.
Relasi gramatikal yang dilambangkan dengan angka,1,2, dan 3 tersebut memiliki kedudukan yang khusus. Ketiga nya disenut “suku” (term). Relasi diluar ketiga ini (misalnya benefaktif, lokatif, instrumen dan sebagainya) disebut bukan suku (non terms). Relasi yang bukan suku itu disebut “chomeur” (kata prancis yang berarti pengganggur) yaitu konstituen yang   yang tidak memiliki atau kehilangan fungsi gramatikal, sehingga dijuluki “konstituen yang mengganggur”. Sedangkan yang disebut suku di atas memiliki fungsi gramatikal tertentu, misalnya suku nerperan di dalam persesuaian verva (verba agreement), di dalam pelepasan konstituen (nominal) yang berkorelasi, di dalam kemungkinan menjadi subjek dalam konstruksi pasif.
Seperti terlihat dalam diagram diatas, Ali membawakan relasi-1,pada tataran I dan II, sedangkan pada tataran III membawarelasi Chomeur, buku ini membawakan relasi-2 pada tataran I, sedangkan pada tataran II dan III membawa relasi Chomeur. saya membawa relasi-3 pada tataran I, membawakan relasi pada tataran II, dan membawakan relasi I pada tataran.

BAB III PENUTUP
 Kesimpulan
Demikianlah secara singkat teori tata bahasa relasional mengenai sintaksis. Kiranya teori yang dikemukakan oleh tata bahasa relasional ini bukanlah teori yang terakhir dalam perkembangan linguistik dewasa ini. Masih banyak teori lain yang dikemukakan oleh para ahlilain, tetapi tidak mungkin dibicarakan semua dalam buku linguistik umum ini, kaena memerlukan waktu dan tempat yang lebih khusus.
Tata bahasa relasional muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dicanangkan oleh aliran tata bahasa transformasi. Tokoh-tokoh aliran ini, antara lain, David M. Perlmutter dan Paul M. Postal. Dalam hal ini tata bahasa relasional banyak menyerang tata bahasa transformasi, karena menganggap teori-teori tata bahasa transformasi  itu tidak dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa Inggris.

DAFTAR PUSTAKA
Samsuri. 1988. Berbagai Aliran Linguistik Abad XX. Jakarta: Departemen

Abdul, Chaer. 2003.Linguistik Umum.Jakarta:PT.RINEKA CIPTA